Berkurban dengan ikhlas

2 Komentar :

Tak terasa, hari esok merupakan ke-4 kalinya merayakan idul adha di Jepang . Semenjak datang ke jepang di tahun 2005, belum pernah merayakan idul adha ini di tanah air. Agak sedih juga, kayaknya ada yang kurang. Berbeda dengan perayaan di Indonesia atau negara islam lainnya dimana diikuti dengan penyembelihan hewan kurban atau kegiatan lainnya, di Jepang terasa begitu sunyi dan mungkin tidak ada kegiatan khusus untuk esok, kecuali penyelenggaraan sholat ied di berbagai masjid. Sempat berpikir dengan teman muslim disini untuk mengadakan barbeque untuk sedikit memeriahkan hari idul adha. Namun karena lagi masa ujian, terpaksa rencana tersebut dibatalkan.

Walaupun demikian, "Berkurban secara ikhlas" yang menjadi makna idul adha ini, semoga tidak lupa untuk dihayati untuk kemudian diamalkan secara kontinue dalam kehidupan sehari-hari. Ganbarimasu ^^.

"Selamat Hari Raya Idul Adha 1429 H, Berkurban dengan ikhlas untuk bersama, untuk bangsa".

*alhamdulillah kali ini bisa kurban 2 kambing di tanah air ^^

Go to gakkai

0 Komentar :

Rabu kemarin (22 Oktober), aku berkesempatan untuk berpartisipasi di AMEC (Asian Meeting on Electroceramics) yang sudah ke-enam kalinya diadakan. Pada tahun ini, diadakan di kota Tsukuba, kota yang dikenal sebagai pusat research di jepang. Ada 2 session pada konverensi kali ini, yaitu oral presentation dan poster presentasion. Karena bahasa inggris-ku gak bagus-bagus amat ^^;, aku berparitisipasi sebagai peserta di bagian poster presentation.


Ceramics sendiri identik dengan bahan inorganik yang sangat luas aplikasinya. Mulai sebagai ubin/keramik ^^, bidang elektronik, hingga bidang energi. Penelitian-ku sendiri berkaitan dengan proton elektrolit (bahan untuk memindahkan proton/ion H+ dari anoda ke katoda) dari bahan inorganik untuk aplikasi fuel cell, calon sumber energi masa depan.

Persiapan untuk AMEC-6

Untuk pergi ke gakkai/konverensi bukan lah perkara mudah. Butuh persiapan matang dan topik yang menarik. Untuk topik, aku cukup bersyukur mendapat topik yang lumayan lagi hot. Sedangkan untuk persiapan sendiri, aku tidak mempersiapkannya secara khusus, karena sensei tiba-tiba meminta aku untuk mendaftar AMEC-6 ^^;. Alhamdulillah, penelitian yang sudah ku lakukan sebelumnya, setidaknya cukup untuk membuat proceeding awal yang hanya 1 lembar. "Setidaknya daftar terlebih dahulu, selanjutnya ganbarimasho ^^" ujar sensei-ku. Mau gak mau harus menuruti titah sensei. Aku pun mencoba mendaftar untuk sesi poster presentation.

Tugas selanjutnya yang menanti adalah membuat proceeding 4 lembar dalam bahasa inggris. Sebenarnya aku tinggal melengkapi sedikit data saja. Walaupun sedikit, ternyata data tersebut sangat sulit diambil akibat musim panas yang berlembab. Bahan yang aku teliti, sangatlah hygroscopic (mudah menyerap uap air) sehingga kelembapan yang tinggi (mencapai 80%), akan membuat bahan mudah melunak. Walaupun telah mencoba beberapa kali untuk mengatasinya, hasilnya tetap jauh dari yang diharapkan. Hal ini yang cukup membuat ku stress, apalagi juken daigaku yang semakin dekat.

Ditengah kebuntuan ide, tiba-tiba saja mendapat referensi dari sensei untuk menanggulangi masalah tersebut. Yaitu mencampurnya dengan sebuah bahan polimer. Ternyata berhasil. Akhirnya data-data semua terkumpul, menjadi mudah untuk membuat proceeding. Jadi teringat kisah sang alkemis (karya Paulo Coelho), "Jika kamu berusaha mewujudkan takdirmu, maka seluruh alam semesta akan membantu mewujudkan takdir tersebut".

"Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui", begitulah bunyi peribahasa yang benar-benar ku maknai. Selain membuat proceeding untuk AMEC-6, dengan dengan tema yang sama, aku berhasil membuat proceeding satu lagi untuk nihon taiyou energi gakkai (Japan solar energy society) dengan penambahan sedikit data. Poster pun, hingga sehari menjelang konverensi, dapat diselesaikan.

Hari-H, AMEC-6

Tibalah hari-H, yang kebetulan bertepatan dengan hari ulang tahun sensei-ku. Sehingga ketika istirahat siang, ku ditraktir oleh sensei ^^. Di tsukuba sendiri, ada toko yang menjual paffe yang ukurannya sangat besar. Dengan penuh penasaran seberapa besar paffe tersebut, segera kami pergi ke toko tersebut. Dan ternyata memang benar-benar besar, tingginya setengah tubuh manusia. 5 orang pun tidak sanggup menghabisi paffe tersebut. Karena memang sudah makan makanan berat sebelumnya (^^)


Setelah perut kenyang dengan paffe, segera kami kembali ke tempat acara. Tempat acara sendiri, sudah dipenuhi oleh peserta dari Thailand, India, China, Taiwan, dan Korea yang siap dengan presentasinya. Akhirnya tiba giliranku untuk presentasi poster dalam berbahasa inggris yang merupakan pengalaman pertama kali bagiku. Walaupun konverensi ini skala Asia, namun bahasa yang mendominasi tetaplah bahasa jepang. Aku sendiri malah lebih sering menjelaskannya dalam bahasa jepang, khususnya untuk orang jepang yang datang. Menjelaskan dalam bahasa inggris, sangat membuatku kewalahan karena sering kecampur dengan bahasa Jepang. Selama 90 menit, presentasi ini berlangsung. Alhamdulillah ada 7 orang yang mau sengaja mampir ke tempat ku ^^;. Cukup banyak juga masukan/saran yang aku dapatkan mengenai tema yang aku bawa. Waktu yang tersisa, ku isi dengan jalan-jalan melihat poster dari peserta lain. Dan temanya seru-seru. Ada yang membawakan tema mengubah bentuk crystal ZnO dengan mudah dengan merubah tegangan arus D.C", dan lain-lain.

Acara ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi ku. Cukup menyenangkan juga lho ikut gakkai. Jangan ragu untuk mencobanya!

Dan tak lupa sebuah foto sebagai kenang-kenangan.


gakkai : konverensi/kongres
juken daigaku : ujian masuk universitas

Dari minyak kembali ke minyak

3 Komentar :

Dalam kehidupan sehari-hari, plastik tentu sering sekali kita jumpai, seperti tupperware, botol minyak goreng, casingCD, tempat bento, stereofoam, mainan anak, dan masih banyak lainnya. Plastik sendiri dikonsumsi sekitar 100 juta ton/tahun di seluruh dunia. Namun seiring dengan pertumbuhan konsumsi plastik, banyak pula masalah yang ditimbulkan. Salah satunya adalah permasalahan sampah yang tidak hanya membuat kelabakan negara berkembang, melainkan juga negara maju, termasuk Jepang.

Di Jepang, 60% lebih dari sampah rumah tangga adalah sampah plastik [1]. Selama ini, untuk sampah plastik akan berakhir di tempat pembuangan akhir (landfill) akibat kurangnya ketegasan dalam me-recycle plastik. Khusus di Tokyo, akibat terbatasnya lahan pembuangan sampah, mulai tahun lalu (2007) sampah organik dan plastik disatukan menjadi sampah terbakar. Namun cara pengolahan sampah ini dikhawatirkan menghasilkan dioksin dan gas CO2 dalam jumlah besar yang berdampak negatif bagi lingkungan.

Mengenal Plastik

Seperti kita ketahui, sebagian besar bahan baku plastik berasal dari minyak bumi (naphtha). Sekitar 8 % dari minyak bumi di dunia digunakan untuk membuat plastik, dan diperkirakan akan terus naik prosentase-nya seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dunia. Bisa dibayangkan ya, seandainya minyak bumi di dunia itu habis.

Bicara tentang plastik, plastik dibagikan menjadi dua macam berdasarkan sifatnya bila dipanaskan, yaitu tipe cokelat(nama ilmiahnya : thermoplastic) dan tipe biskuit (nama ilmiahnya : thermosetting). Waduh kok jadi bicara makanan ^^. Maksud dari tipe cokelat adalah plastik yang melunak bila dipanaskan, sama dengan coklat kan! Sedangkan tipe biskuit adalah plastik yang apabila telah mengeras akan tetap keras walaupun terus dipanaskan, mirip dengan biskuit.

Plastik yang berbahan baku minyak termasuk dalam golongan plastik tipe cokelat. Karena sifatnya yang melunak bila dipanaskan, plastik tipe cokelat ini dapat diolah kembali menjadi bahan baku awal/monomer. Selain itu, ada pengolahan sampah plastik dengan mengubahnya menjadi gas atau sebagai bahan reduktan pada industri besi. Namun, belakangan ini telah dikembangkan teknologi mengubah plastik menjadi minyak kembali sebagai alternatif memecahkan masalah sampah plastik.

Teknologi

Dari pemikiran sederhana ”plastikkan dari minyak, pasti bisa diolah kembali menjadi minyak”, Akinori Ito berhasil mengembangkan teknologii ni dan bahkan berhasil mengaplikasikannya untuk skala rumah tangga.

Sampah plastik yang dapat diolahmenjadi minyak sering disebut dengan 3P yang merupakan singkatan dari PE(Polyethylene), PP (polypropylene), dan PS (polystyrene).

Polypropylene : plastik snack, tupperware, casing CD, Capbotol dll
Polyethylene : plastik “kresek”, botol minyak goreng, sampo,dll
Polystyrene : steorofoam, cup mie, tempat bento, dll

Adapun cara kerja dari teknologi yang dikembangkan oleh Akinori Ito ini ternyata cukup sederhana. Pertama, sampah plastik dibersihkan dan dipotong menjadi ukuran kecil. Kemudian, dipanaskan pada suhu 450 ºC. Pada suhu ini, plastik akan meleleh dan kemudian menjadi gas. Gas yang terbentukdipisahkan dan didinginkan. Dari proses ini akan menghasilkan tetesan minyak. Proses ini hanya memakan waktu 1 jam, dan prosentase minyak yang dihasilkan mencapai 70-90% (dari 500 gr plastik, mampu menghasilkan 350-450 gr minyak). Apabila minyak yang dihasilkan didestilasi (disuling), maka akan menghasilkan minyak tanah, bensin, dan naphtha.

Yang menarik, teknologi ini sudah diterapkan terlebih dahulu bukan di Jepang, melainkan di kepulauan Marshall, kepulauan yang terletak diantara Guam dan Hawai. Dahulu, di kepulauan ini sampah plastik menjadi permasalahan serius bagi pemerintah setempat karena selain kesulitan dalam mengolah sampah plastik, sering juga ditemukan tumpukan sampah di pinggir-pingir pantai yang membahayakan masyarakat sekitar. Untuk memecahkan masalah ini, Presiden Kepulauan Marshall mengundang Akinori Ito untuk datang ke sana. Akinori Ito memulainya dengan membuat tempat sampah khusus plastik. Kemudian, Akinori Ito mengunjungi sekolah di sana dan mengenalkan proses pengolahan sampah plastik menjadi minyak secara langsung kepada anak-anak di sana hingga masyarakat terdorong untuk memulai memilah sampah, yang merupakan hal baru bagi mereka. Kemudian sampah yang terkumpul, dilolah menjadi minyak. Saat ini, dengan diperkenalkan teknologi ini, permasalahan sampah plastik di kepulauan Marshal dapat terpecahkan.


Fig. 1. Alat pengubah sampah plastik menjadi minyak skala rumah tangga

Dengan adanya teknologi ini, akan dapat menambah nilai dari sampah plastik. Kalo hingga saat ini mungkin kita tidak perlu pikir panjang untuk membuang plastik yang tidak terpakai, kelak mungkin kita akan berpikir berkali-kali untuk membuangnya. Apalagi dengan mahalnya harga minyak bumi saat ini yang pernah mencapai 140dollar/barrel. Bagi Jepang, negara yang miskin sumber daya alam, sampah plastik ini akan menjadi barang yang sangat berharga. Ditambah, 60 % dari sampah plastik di Jepang berbahan baku minyak [1]. Di tahun 2006, Akinori Ito berhasil mengembangkan alat pengubah sampah plastik menjadi minyak ini dalam ukuran kecil dan dapat dijalankan pada 100 V, yang diberi nama Blaster-1. Sehingga dapat digunakan pada instansi pemerintah, sekolah, dan bahkan di rumah. Kelak, warga Jepang mungkin tidak perlu lagi membuang sampah plastik-nya.

Selain itu, teknologi ini sangat ramah lingkungan. Jika 1 kg sampah plastik dibakar begitu saja, akan mengeluarkan sekitar 3 kg CO2. Namun, jika diolah kembali menjadi minyak, hanya mengeluarkan 0.38 kg CO2. Dapat disimpulkan, dengan teknologi ini dapat mengurangi emisi gas CO2 sebesar 87 % [2]

Sumber

1. PlasticWaste Management Institute Japan (www.pwmi.or.jp)
2. Blest Corp. (www.blest.co.jp)



Corel Draw, arigatoo

4 Komentar :

Jika ditanya software apa yang paling kamu sering gunakan, aku pasti menjawab corel draw. Corel draw bukanlah software khusus untuk anak kimia seperti aku, namun software bagi orang-orang yang gemar design. Software yang menurutku, cukup mudah dipelajari. Mungkin banyak yang tahu tentang Adobe Photoshop, namun masih sedikit yang tahu tentang corel draw. Jadi ingin sedikit cerita tentang corel.

Perkenalanku dengan corel draw berawal ketika aku masih berjaket kuning, alias mahasiswa UI. Saat itu, aku tinggal di asrama UI, asrama tempat berkumpul anak-anak daerah dari sabang sampai merauke. Disana terdapat lembaga dakwah asrama, yang dikenal dengan sebutan "Sahabat Asrama". Nama yang bagus,bukan :). Disanalah pertama kalinya aku belajar berorganisasi. Aku bergabung di bidang medis (media dakwah islam), salah satu divisi yang berkutat di pembuatan buletin, mading dan website. Padahal ketika itu, sama sekali gak punya jiwa kreatif, menggambar pun jelek.

Beruntung bertemu akh Shofwan, yang saat ini menjabat ketua PPI Kyoto, yang sangat ahli dalam mendesign. Akh shofwan sendiri bukanlah anak fasilkom, melainkan anak HI namun masalah design, subhanallah. Lewat akh shofwan ini, aku banyak belajar mendesign dengan menggunakan corel draw. Lewat corel inilah buletin cetak sahabat asrama untuk pertama kalinya lahir. Wah betapa bahagianya kala itu.

Lewat bidang Medis ini pula, aku banyak belajar cara membuat website dari anak fasilkom dengan menggunakan joomla. Alhamdulillah ilmu-nya bisa bermanfaat ketika di Jepang. Wah, benar-benar beruntung bisa tinggal di asrama UI, yang penuh dengan orang-orang berbakat.

Alhamdulillah beberapa minggu lalu, akhirnya bisa membeli corel draw X4 akademik version (asli loh). Setelah sekian lama menunggu. Harganya pun lumayan murah, sekitar 20.000 yen. Kalo versi biasanya sekitar 40.000 yen. Jadi tenang deh hati, tidak dikejar-kejar dosa akibat membajak :). Corel draw X4 ini meliputi Corel Draw, Corel Paint dan Corel Trace. Corel sendiri memiliki banyak perubahan dalam versi terbarunya. Selain fitur-fiturnya yang makin canggih, corel mampu mengedit file .doc dengan sangat baik. Tidak menyesal deh membeli corel. Ingin lebih banyak tentang corel draw X4, bisa klik disini

Setelah membeli, segera ku gunakan untuk mendesign poster gakkai, AMEC 6. Awalnya aku mendesign dengan powerpoint, namun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Karena memang fiturnya yang terbatas. Dengan corel, kamu bisa mendesign secara kreatif. Hasilnya bisa kamu lihat dibawah ini.

Alhamdulillah, sensei pun puas dengan design ku ini. Akhirnya bermanfaat juga untuk kegiatan akademik. Lewat corel ini juga, aku mendesign blog ini. Bagaimana ?

Namun ternyata, baru sedikit fitur yang aku manfaatkan. Masih banyak fitur-fitur yang belum aku kuasai. Jadi makin semangat mempelajari ^^. Semoga saja, ilmu ini bisa makin bermanfaat kelak.


gakkai : konverensi

Road to Kyodai II

0 Komentar :

Tingkat 5, Masa penentuan

Pada tingkat 5, akhirnya aku memutuskan untuk ujian ke Nokodai, dan Kyodai. Untuk Nokodai, penelitian akan fuel cell/nanotechnology-nya yang membuatku tertarik. Selain itu pernah beberapa kali kengaku kesana untuk memantapkan pilihan. Nokodai ini yang aku jadikan suberidome bila gagal ke Kyodai. Sedangkan Kyodai sebagai honmei.

Masa ujian henyuu untuk nokodai pun tiba. Aku memilih jurusan chemical system engineering disana. Ketika ujian, diluar perkiraan, pesertanya tidak begitu banyak (5 orang). lucky. ^^ Singkat cerita alhamdulillah bisa lulus ke Nokodai. Karena sudah mempunyai cadangan, bukan berarti mengendorkan semangat belajar untuk honmei-nya. Sebenarnya ada satu hal yang membuat aku cukup bingung, yaitu dalam menentukan jurusan, antara jurusan fundamental chemistry (工業基礎化学コース) karena keinginan meneliti tentang fuel cell atau jurusan chemical process engineering (化学プロセス工学) karena timbul keinginan untuk meneliti batu bara disana. Jurusan chemical process engineering sendiri lebih prospektif ketika mencari pekerjaan. Selain itu, karena mempelajari cara mendesign pabrik, wah bisa buat pabrik sendiri deh (cita-cita masa depan). Setelah "bertapa di gunung takao", alias merenung beberapa lama dan shalat istikharah, akhirnya kuputuskan untuk mengambil jurusan chemical process engineering.


Mata kuliah yang cukup besar menentukan kelulusan ke Kyodai adalah mata kuliah keahlian (senmon kamoku). Karena itu, setelah ujian henyuu ke Nokodai, aku lebih fokus mempelejari ulang senmon kamoku seperti yuukikagaku (Kimia organik), butsurikagaku (Kimia fisika) dan kagakukougaku (Teknik kimia).

Akhirnya tibalah masa ujian ke Kyodai. 2 hari sebelum ujian, aku sudah berada di Kyoto yang baru pertama kalinya aku kunjungi. Kota yang indah dan lumayan murah untuk transportasinya. Cukup dengan membeli ichinichi kippu sebesar 500 yen, kamu bisa menjelajahi kota kyoto seharian penuh. Di Kyoto, aku menginap di apartement temen ku yang saat itu sedang ke Indonesia. Selama di Kyoto, aku sangat terbantu oleh teman-temen di Ritsumeikan Univ. Arigatoo. Di hari pertama, aku malah diajak jalan-jalan untuk melihat daimoji matsuri dan diajak makan bersama. Hitung-hitung refreshing sebelum ujian. Di hari kedua, aku kengaku ke Yoshida kampus, sekaligus memastikan tempat ujian walaupun sempat nyasar ke katsura kampus ^^. Gara-gara tidak baca petunjuk.

Tibalah detik-detik ujian. Pada hari pertama ujian, mata kuliah yang diujikan mata kuliah umum, yaitu matematika, fisika dan kimia. Sedangkan bahasa inggris, dinilai dari hasil test toefl yang diserahkan sebelum ujian dimulai. Jumlah peserta ujian, diluar perkiraan, jauh berkurang dibanding tahun kemarin. Hanya ada 40 orang peserta untuk fakultas engineering. Sedangkan ryuugakusei yang ikut ada 5 orang. Apa jangan-jangan karena test bahasa inggrisnya diubah dengan hasil toefl, pesertanya jadi sedikit? Masih jadi tanda tanya.

Dari 3 pelajaran yang diujikan, hanya kimia yang dapat diselesaikan dengan baik. Agak kuatir juga, jangan-jangan tidak lulus akibat gagal di matematika dan fisika. Kebetulan ketika ujian, sempat bertemu senpai asal kenya yang lulus kyodai tahun kemarin. Sempat bertanya apakah matematika dan fisika menentukan dalam kelulusan, dan alhamdulillah mendapat nasehat agar lebih fokus ke ujian besok, senmon kamoku karena pelajaran inilah yang sangat menentukan. "Jika berhasil mengerjakan 80% untuk senmon kamoku, pasti lulus" tambahnya. Wah ternyata masih ada kesempatan di hari kedua. Ganbaroo.

Dihari kedua, aku terkejut karena peserta ujian untuk departement (工業化学科) yang aku tuju, hanya 3 orang. Dan untuk jurusan-ku malah hanya aku sendiri ^^. Wah, asyik gak ada pesaingnya (he.he..). Namun bukan berarti pasti diterima, karena bila hasil ujian senmonkamoku-ku jatuh, pupuslah harapan. Dengan harap-harap cemas, aku hadapai test senmon kamoku. Wah, alhamdulillah soalnya ternyata bisa mengerjakan dengan baik. Hanya satu sub soal yang tidak dapat dikerjakan. Ada keyakinan mendapat nilai bagus pada test kali ini.

Setelah test tertulis, kami menunggu untuk test wawancara selama 1,5 jam. Sepertinya test senmon kamoku langsung dinilai pada saat itu juga. Akhirnya tibalah giliran ku untuk wawancara. Ada sekitar 8 orang penguji, dengan tumpukan berkas di tangan mereka. Sepertinya hasil seluruh ujian sudah ditangan mereka. Salah satu dari mereka, ada professor yang menjadi incaran ku bila lulus nanti. Alhamdulillah, aku bisa dapat menguasai keadaan dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Dan ketika aku hendak pamit, salah satu penguji mendekati ku dan berkata "yoku dekimashita". Dengan perasaan agak kaget, "arigatoo gozaimasu". jawab ku. Akhirnya, aku bisa tersenyum meninggalkan tempat ujian, dengan harapan semoga benar-benar keterima.

Sisa-sisa hari ku di Kyoto, aku manfaatkan dengan jalan-jalan. Rasa lelah belajar selama kurang lebih setahun, terasa terhapus begitu saja. Kota kyoto yang pada hari libur begitu ramai dengan turis, pada hari biasa begitu tenang. Tidak banyak orang dan kendaraan yang melintas. Jadi teringat masa-masa SMU di Sragen, kota yang begitu tenang dan asri. Namun karena masih ada amanah di Tokyo, harus segera angkat koper meninggalkan kota Kyoto. "Semoga aku bisa kembali" harapku.

Tiga minggu kemudian, tibalah masa pengumuman hasil ujian. Kebetulan hasil ujian bisa dicek melalui internet, maka segera kubuka website kyodai, fakultas engineering. Dengan perasaan sumringah, alhamdulillah nomor ujian-ku berada di urutan terakhir peserta yang lulus ujian. Untuk departement-ku, dari 3 orang peserta, ketiganya lulus semua.

Alhamdulillah, Allah memberikan kado spesial di bulan ramadhan tahun ini, berupa kado kelulusan. Akhirnya, bisa mudik dengan tenang dengan membawa berita gembira untuk keluarga di tanah air.


Nokodai : Tokyo University of Agriculture and Technology
kengaku : melihat langsung
suberidome : cadangan
honme : pilihan pertama
henyuu : transfer ke jenjang yang lebih tinggi
ichinichi kippu : tiket sehari penuh
daimoji matsuri : Perayaan menyalakan api yang berbentuk huruf di salah satu bukit
ryuugakusei : mahasiswa asing
senmon kamoku : mata kuliah kejuruan


Road to Kyodai I

0 Komentar :

Tidak pernah terlintas di benakku untuk lulus atau bahkan mencoba henyuu ke Kyoto University, atau disebut juga Kyodai. Ketika masih tingkat 3, aku hanya menargetkan untuk melanjutkan S1 di Tokyo, yaitu di Tokodai atau Nokodai. Kota Tokyo cukup membuatku betah. Selain karena banyaknya komunitas Indonesia dengan bermacam kegiatan disini, Tokyo sangatlah benri/praktis untuk pergi kemana-mana, cukup dengan kereta.

Adalah senpai sunu, yang mendorongku untuk henyuu ke Kyoto University. Kebetulan saat itu, dia sedang mencoba untuk henyuu kesana. Cukup banyak pengalaman yang dia ceritakan. Walaupun dia akhirnya gagal, masih tetap memberikan dorongan semangat untuk mencobanya. Kyoto university sendiri dikenal sebagai universitas yang paling sulit dimasuki, khususnya untuk mahasiswa henyuu. Selain banyaknya soal yang diujikan, soal-soalnya pun relatif sulit. Awalnya ragu juga untuk mencobanya, namun setelah melihat penelitian yang sangat menarik disana, timbulah semangat untuk mencoba henyuu kesana. Setidaknya aku anggap sebagai pengalaman sekali seumur hidup.

Kali ini, aku akan bercerita tentang pengalaman henyuu yang ku alami, dengan harapan akan banyak kohei-kohei yang kuliah di Kyodai. Amin


Tingkat 4, Masa bimbang

Tingkat 4 semester akhir merupakan masa-masa yang penuh dengan kebimbangan. Bimbang antara memilih henyuu melalui juken atau suisen. Kalo diungkapkan dalam peribahasa jepang seperti "二者択一(nisha takuitsu)", keadaan dimana kita harus memilih 1 pilihan dari 2 pilihan yang sulit. Kebetulan prestasiku di kosen lumayan bagus, sehingga sayang untuk melewatkan kesempatan suisen ini. Namun hanya beberapa universitas yang menawarkan suisen. Seandainya mengambil suisen, universitas yang memungkinkan adalah nokodai. Disisi lain, saat itu aku sangat ingin sekali meneliti tentang energi, mengingat jepang sangatlah terkenal dengan penelitian akan energi terpebaharui dan teknologi shouene-nya. Kyoto university lah yang membuatku tertarik, karena banyak sekali penelitian tentang energi disana.

Untuk menghapus , aku mulai meng-hunting informasi sebanyak-banyaknya tentang Kyodai, mulai tanya ke senpai, membuka situs kyodai, situs perkumpulan anak kosen yang lulus ke Kyodai, hingga kakomon yang kebetulan banyak terdapat di sekolah. Karena kemungkinan untuk lulus itu ada, walaupun masih kecil, ku bulatkan tekad untuk memilih juken. Sejak itulah, aku memulai membuat rencana belajar untuk juken.

Di sisi lain, sejak tingkat 4 akhir aku sudah mulai masuk ke kenkyuu-shitsu, shiroishi-ken. Ketertarikan akan penelitian fuel cell dan juga peluang untuk pergi gakkai lah yang membuat ku tertarik memilih kenkyuu-shitsu tersebut. Kemudian aku mendapatkan tema "Electrolytes for Intermediate Temperature Fuel Cells (ITFCs)" sebagai tema penelitian hingga saat ini. Dan kesempatanku untuk ikut gakkai untuk pertama kalinya pun terbuka lebar, yaitu pada bulan mei 2008 (denkikagakkai, electrochemistry conference). Jadi belajar untuk juken sambil persiapan gakkai deh. Namun, alhamdulillah dapat berjalan dengan baik.

bersambung


Tokodai : Tokyo Institute of Technology
Nokodai : Tokyo University of Agriculture and Technology
henyuu : transfer ke jenjang yang lebih tinggi (mis D3 ke S1)
juken : ujian tertulis/wawancara
suisen : rekomendasi dari sekolah (seperti PMDK)
shouene : hemat energi
kosen : politeknik (D3)
kenkyuu-shitsu : Laboraturium
gakkai : konferensi